On Solid Rock

qna@onsolidrock.org

Apakah yang harus diusahakan agar pernikahan kita kuat?

Author By
onsolidrock

Dari pengalaman kami mendampingi pasangan yang sedang menghadapi masalah dalam hubungan pernikahan mereka, kami temukan bahwa banyak pasangan yang berhenti membangun hubungan mereka setelah mereka masuk ke dalam pernikahan, atau setidaknya sampai titik tertentu usia pernikahan mereka.

Rupanya ini merupakan hal yang begitu banyak terjadi bukan saja di Indonesia, di Amerika misalnya; sebuah riset menunjukkan bahwa dari angka perceraian yang terjadi di sana, ternyata presentasi perceraian terbesar terjadi pada pasangan-pasangan dengan usia pernikahan di atas 20 tahun. Dari hasil survey yang dilakukan;  salah satu penyebab utama perceraian pasangan yang sudah menikah sekian lama adalah karena mereka tidak lagi membangun hubungan mereka. Mereka tetap tinggal bersama dan menikah, tetapi mereka berjalan dalam dunia masing masing.

Kejadian 2:24 ~ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatudengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.

Konsep pernikahan yang sesungguhnya dari Tuhan adalah untuk seorang pria meninggalkan orang tuanya dan menjadi satu daging dengan istrinya. Dalam pelaksanaannya,  untuk menjadi satu daging sebagaimana yang firman katakan, pasangan suami dan istri harus terus menerus mau membangun kedewasaan hubungan mereka dengan mengupayakannya secara sengaja. Kami akan bahas dengan lebih detil mengenai makna dari ‘menjadi satu’ pada artikel berikutnya.

Hubungan yang tanpa konflik bukan berarti hubungan tersebut sudah terbangun baik.

Tanda tanda umum dari sebuah hubungan yang stagnant (tidak terbangun):

  1. Hubungan yang nampak baik baik saja di permukaan, tetapi masing-masing banyak menyimpan kekecewaan dan kefrustrasian yang tidak bisa terkomunikasikan, demi menjaga emosi pasangan dan melindungi diri dari rasa sakit hati, atau yang secara umum dikatakan ‘demi menjaga keharmonisan.’
  2. Hubungan yang aman aman saja di permukaan, tetapi tidak menyadari bahwa mereka berjalan dengan kesibukan rutinitas masing masing; biasanya istri akan begitu sibuk dengan urusan anak anak dan rumah serta komunitas sosialnya, demikian juga suami dipadati dengan kesibukan pekerjaan, bisnis, hobby dan komunitas sosialnya sendiri, sehingga topik pembicaraan utama dalam komunikasi pasangan cenderung berpusat hanya pada masalah anak atau pekerjaan/bisnis saja.
  3. Hubungan yang baik dan harmonis ketika semua situasi kehidupan aman terkendali, tetapi begitu ada satu masalah yang harus dihadapi baik sebagai pasangan atau sebagai orang tua, hubungan keduanya begitu cepat berubah menjadi ketegangan dan penuh dengan penghakiman terhadap satu sama lain.

Hubungan yang demikian ibaratnya seperti bom waktu, tinggal masalah waktu dan pemicu saja untuk merontokkannya.

Hubungan yang terbangun dan bertumbuh dalam kedewasaan adalah hubungan dimana seiring dengan perjalanan pernikahan, masing masing suami dan istri semakin bisa merasa bebas dan aman untuk menjadi dirinya sendiri di hadapan satu sama lain, tetapi juga semakin mudah untuk bersepakat didalam menghadapi setiap permasalahan dan tantangan kehidupan.

Bagaimana dengan pernikahan anda? Mungkin ini waktu yang baik untuk mulai mengevaluasi hubungan anda dengan pasangan, dan mengupayakan pembangunannya dengan pasangan anda secara sengaja. Tuhan memberkati.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *